ATGM ( ANTI TANK GUIDED MISSILE )
Spesifikasi NLAW
- Manufaktur : SAAB Bofors – Swedia
- Diameter : 115
mm
- Berat Rudal dan
Peluncur : 12,5 kg
- Panjang : 1.016
mm
- Jarak Tembak :
20 – 1.000 meter
- Sistem Kendali :
Magnetic sensor
- Daya Tembus :
400 mm
- Sistem Tembak :
Fire and forget
- Waktu Persiapan
: 5 detik
- Kecepatan Luncur
Rudal : 40 meter per detik
- Pola Tembakan :
OTA dan Direct Attack
Salah
satu jenis ATGM akan hadir di jajaran pasukan elit TNI AD adalah Next
Generation Light Antitank Weapon (NLAW) buatan perusahaan Swedia bekerja sama
dengan Inggris, SAAB Bofors Dynamics.Dengan bobot 12,5 kg, ATGM NLAW memiliki
kemampuan memprediksi garis pandang, menyeleksi mode serangan, serangan atas
atau serangan langsung.
Tapi alat ini memiliki kelemahan. Yakni jarak tembaknya pendek, antara 20
hingga 600 meter. Tapi hal ini tak dianggap masalah jika dikaitkan dengan
kondisi geografis Indonesia yang relatif banyak menyediakan tempat perlindungan
seperti bukit, gunung maupun hutan dan rawa.ATGM lebih menekankan kepada aspek
mobilitas operatornya. ATGM ini juga dianggap cocok untuk perang kota, di mana
NLAW bisa diluncurkan dari ruang-ruang tersembunyi dan sempit.
Metode penembakannya, NLAW dapat diluncurkan ke target dengan dua pola, yaitu
OTA dan direct attack. Pola OTA (overflight
top attack), yakni menyasar salah satu bagian rawan dari MBT yakni
pada bagian atas sasaran. OTA menjadi andalan untuk menghancurkan tank lantaran
MBT rata-rata memiliki perkuatan yang lemah pada bagian atas, dimana plat
bajanya lebih tipis dibanding bagian lain. Kemudian direct attack, pola ini
idel diusung untuk melibas sasaran statik dengan kategori ringan, seperti truk
dan jip.
Proses penembakkan
cukup mudah, tangan kanan penembak tinggal membuka tombol peluncur yang
tersimpan di bawah tombol berwarna merah dengan menggeser blok tuas untuk
mengaktifkan roket
dan memberi kesempatan pada seeker di kepala roket untuk menghitung algoritma
peluncurannya. Kurang dari tiga detik, roket sudah dapat diluncurkan. Roket
akan meluncur perlahan terlebih dahulu karena fitur soft lauch yang dimilikinya. Lalu 3 meter
dari titik peluncuran, motor utama roket akan mengambil alih dan melesatkan
roket ke sasaran
Hulu ledak NLAW
tersimpan di dalam silinder dan menghadap ke bawah. Saat rudal melintas di atas
kendaraan lapis baja dan detektor logam mendeteksi keberadan logam, maka
perintah peledakan secara otomatis diberikan ke sistem. Saat rudal meledak pada
ketinggian 1 meter tegak lurus diatas sasaran, maka ini jarak optimum bagi hulu
ledak shaped charge untuk membentuk garis panas yang tanpa ampun bakal menembus
lapisan tipis atas ranpur atau MBT. Begitu masuk, semburan dan efek spalling akan melontarkan
ratusan serpihan logam panas berkecepatan tinggi yang akan menewaskan awak tank
di dalam kubah.
NLAW memiliki tabung peluncur berwana
hijau yang terbuat dari bahan fiberglass,cukup untuk menahan satu kali hentakan
peluncuran roket, dan cukup murah untuk langsung dibuang ketika usai
ditembakkan. Meski dalam info spesifikasi, peluncur dapat di reload
Pada sisi bawahnya tersimpan
sebuah monopod yang dapat diayun keluar dan direntangkan 45 derajat dan
kaki-kakinya dapat disetel panjangnya. Penembak yang kuat dan punya waktu untuk
menggunakan monopod dapat menggunakan monopod sebagai dudukan alas ke perut, tujuannya
agar dapat membagi energi hasil hentakan roket. Tanpa monopod pun, rudal dapat
dilepaskan secara aman dengan menyandaran peluncur pada bahu.
Untuk sarana bidiknya
mengandalkan sistem optik ACOG 2,5×20 yang dibekali fiber optic untuk
mengumpulkan cahaya dan tritium untuk menerangi retikula saat malam. Hebatnya,
optik bidik yang satunya berharga US$1.000 dapat dilepas pasang. Bahkan alat
bidik optik ini bisa dipasang pada dudukan di senapan serbu.
Daya Hancur
NLAW yang mulai digunakan pada tahun 2009 pada dasarnya dirancang untuk dapat
dioperasikan oleh prajurit infanteri reguler. NLAW mengusung hulu ledak Single
shape charge yang mampu menjebol lapisan baja setebal 400mm. Tandem HEAT (high explosive anti tank)
pada hulu ledaknya bahkan bisa merobek lapisan ERA (explosive reactive armor)
yang jadi perisai tank. Lewat kendali sensor magnetic, NLAW dapat dioperasikan
secara fire and forget,
dan anti jamming.
Jarak jangkau tembak mimumnya adalah 20 meter, sementara jarak jangkau maksimum
mencapai 600 – 1000 meter. Kecepatan lesat rudal 40 meter per detik, dan mampu
diopasikan pada kondisi siang dan malam hari. NLAW dapat dikombinasikan dengan
perangkat NVG (night vision
goggles).
Bobot rudal sekitar 8 kg, dan setelah
digabung dengan platform peluncur beratnya jadi 12,5 kg. Waktu untuk menyiapkan
senjata ini hingga siap digunakan terbilang singkat, yakni hanya 5 detik. Yang
juga cukup menarik digunakan oleh TNI adalah sifat NLAW yang maintenance free, tidak
diperlukan perawatan khusus selama tidak digunakan. Dari segi usia, rudal anti
tank ini dapat digunakan hingga 20 tahun. Soal suhu pun rasanya NLAW cocok di
iklim Indonesia, temperatur yang disyaratkan dalam pengoperasian mulai -38
sampai 68 derajat Celcius